Artis menerbitkan buku???pasti ada pro dan kontra tentang hal ini. Ada yang berpendapat mereka hanya untung-untungan padahal sama sekali tidak punya skill menulis yang baik dan ada juga yang berpendapat sebaliknya. Dan terlepas dari hal itu, sesungguhnya siapapun mereka, tidak ada yang boleh melarang seseorang mengembangkan kreatifitas sastranya,bukan?
(Elixir;Hilary Duff)
Pemain film a Cinderella Story, Hilary Duff (23) tidak hanya puas dengan karirnya sebagai aktris dan penyanyi di kancah Hollywood,ia akhirnya mulai merambah pada dunia sastra melalui novel perdananya,Elixir yang terbit pada tahun 2010 lalu. Sambutan terhadap novel ini pun cukup hangat oleh para penggemarnya sehingga Hilary Duff mengumumkan dalam akun twitternya beberapa waktu yang lalu bahwa ia berencana membuat sekuel lanjutan untuk novel ini.
Novel Elixir ini sebenarnya menceritakan tentang seorang gadis bernama Clea Raymond yang merupakan anak dari pasangan senator dan dokter ahli bedah. Ayahnya hilang, dianggap telah meninggal dan ibunya menolak berbicara mengenai hal itu. Semuanya normal, hingga suatu ketika Clea mendapati bahwa ia melihat laki-laki aneh tertangkap kamera disetiap foto-foto yang didapatnya. Lalu Clea mulai bermimpi aneh tentang dirinya dalam era yang berbeda. Olivia di roma kuno,Anneline seorang aktris Perancis,Catherine seorang bangsawan renaissance,Delia penyanyi dua puluhan, dan semua itu terlihat seperti wujud Clea dan mereka terlihat selalu bersama laki-laki aneh yang tertangkap kamera olehnya. Hmmm...terlihat berbau mistis? tapi, pada dasarnya jika kamu menyukai kisah percintaan dengan unsur reinkarnasi, pasti juga bakal menyukai novel ini.
Si aktris cantik Indonesia, Happy Salma (30) sejak tahun 2007 telah aktif menulis di kolom surat kabar nasional. Hingga akhirnya ditahun yang sama ia pun berhasil menerbitkan kumpulan cerpen Pulang sebagai karya sastra pertamanya.
Selain Pulang ada kumpulan cerpen lainnya yang berjudul Telaga Fatamorgana yang juga menarik perhatian pengamat sastra tanah air. Kumpulan cerpen ini menceritakan banyak hal seputar anak-ibu, perempuan-laki-laki. Seperti halnya, ada seorang perempuan yang merasa jadi pecundang malang setelah bertemu lelaki yang ternyata tak setampan yang ia bayangkan saat mereka saling curhat di chat room. Ada juga seorang ibu muda yang nekat membenamkan kepala anak semata-wayangnya ke dalam bak mandi hingga tewas seketika. Ada pula seorang anak yang mengemis sisa-sisa hidangan di restoran mewah dengan dalih untuk makanan kucing di rumahnya, padahal makanan sisa itu untuk ibu-bapak dan adik-adiknya yang kerap menggigil lantaran perut tak berisi.
Meski inti cerpen-cerpen Telaga Fatamorgana relatif tidak menawarkan hal baru, tetapi cerpen ini bermetamorfosa menjadi kompleks, keras, dan beringas hingga akhir. Barangkali di titik inilah letak kepiawaian Happy Salma.
Meski inti cerpen-cerpen Telaga Fatamorgana relatif tidak menawarkan hal baru, tetapi cerpen ini bermetamorfosa menjadi kompleks, keras, dan beringas hingga akhir. Barangkali di titik inilah letak kepiawaian Happy Salma.
Karya Happy Salma pun tidak berhenti sampai disitu, Happy Salma tetap menyalurkan hobi menulisnya itu dan kembali menerbitkan novel yang terakhir berjudul Hanya Salju dan Pisang Batu yang merupakan hasil duet menulis dengan Pidi Baiq.
(Tango; Koo Hye Sun)
Koo Hye Sun (26) sang aktris multitalent Korea yang dikenal dari aktingnya Boys Before Flower ini,berhasil menerbitkan novelnya yang mengangkat tema roman percintaan. Menariknya,novel ini menyisipkan ilustrasi asli karya Koo hye Sun dan alur ceritanya--diakui oleh artis berlesung pipi itu--merupakan refleksi dari kisah nyata percintaanya sendiri. Tango pun dilempar ke pasaran tahun 2009 dengan penjualan yang lumayan mencengangkan, 30000 eksemplar hanya dalam kurun waktu 1 minggu.
Tango pada dasarnya menceritakan tentang seorang Perempuan dua puluhan tahun bernama Yeon yang mengalami kerenggangan hubungan dengan pacarnya. Ia dan pacarnya pun saling berdebat dan menemukan bahwa ada sesuatu yang hilang diantara mereka dan akhirnya mereka putus. Di novel ini, secara keseluruhan memang memainkan konflik psikologis yang diungkap melalui pemikiran tokoh utama, sehingga cukup banyak yang mengatakan bahwa ketika membaca novel ini mereka seperti tengah membaca sebuah buku harian.
Hmm..mungkin,ada yang belum paham maksudnya,berikut ini aku lampirkan contoh satu chapter dari novel Tango:
Aku tidak tahu bagaimana untuk minum kopi
Tidak,aku tidak tahu bagaimana membuatnya. Itu sesuatu yang bisa aku lakukan bahkan jika aku tidak tahu cara meminumnya. Kopi yang aku buat tidak enak. Jadi,aku tidak bisa memahaminya.
Itu tidak masalah. Entah itu kopi,atau obat-obatan. Ini karena aku tidak benar-benar memahami rasa pahit itu. Aku tidak ingin tahu itu,dan aku tidak ingin membiasakan diri dengan itu. Selain itu, aku tidak bermaksud untuk menikmatinya sedikitpun.
"Mengapa,mengapa aku?"
Hari ini juga,itu mengulangi pertanyaanku.
Isolasi dan kesepian,air mata dan penderitaan. "Mangapa aku?" Apakah aku harus tahu bahwa rasa pahit itu yang menyampaikan jenis-jenis perasaan?
Untuk aku--tidak,untuk kita---ada hal-hal yang membuat kita secara bergantian menyadari rasa sakit asing dari hal-hal seperti pembedahan atau pemakaman. Tetapi mereka tidak bisa membuat kita tahu sifat rasa sakit itu. Sakit itu menjadi banyak.
Orang yang membuat kopi tidak tahu kepahitannya.
Hanya orang yang minum kopi yang tahu rasa pahit
Orang dengan hanya kerang-kerang tidak tahu. Rasa sakit isi didalamnya.
Aku menjaga rasa sakit itu tidak tersentuh didalam diriku
Dan aku harus menanggung hal-hal itu
Orang bilang itu adalah kenyataan
Aku tidak bisa menerima itu adalah kenyataan
" Mengapa aku,mengapa aku?"
Hari ini juga, itu mengulangi pertanyaanku
Mengapa aku harus membiasakan diri dengan kepahitan kopi?
Mengapa aku harus membiasakan diri dengan kenyataan pahit?
Apakah aku harus menghadapi rasa sakit untuk mendapatkan kepahitan berubah menjadi rasa manis?
Aku tidak bisa menerimanya. Kenyataan ini.
Aku tidak tahu bagaiamana untuk minum kopi.
Cara membuatnya,atau mengapa.
Aku tidak tahu. Aku benar-benar tidak tahu.
Tango pada dasarnya menceritakan tentang seorang Perempuan dua puluhan tahun bernama Yeon yang mengalami kerenggangan hubungan dengan pacarnya. Ia dan pacarnya pun saling berdebat dan menemukan bahwa ada sesuatu yang hilang diantara mereka dan akhirnya mereka putus. Di novel ini, secara keseluruhan memang memainkan konflik psikologis yang diungkap melalui pemikiran tokoh utama, sehingga cukup banyak yang mengatakan bahwa ketika membaca novel ini mereka seperti tengah membaca sebuah buku harian.
Hmm..mungkin,ada yang belum paham maksudnya,berikut ini aku lampirkan contoh satu chapter dari novel Tango:
Aku tidak tahu bagaimana untuk minum kopi
Tidak,aku tidak tahu bagaimana membuatnya. Itu sesuatu yang bisa aku lakukan bahkan jika aku tidak tahu cara meminumnya. Kopi yang aku buat tidak enak. Jadi,aku tidak bisa memahaminya.
Itu tidak masalah. Entah itu kopi,atau obat-obatan. Ini karena aku tidak benar-benar memahami rasa pahit itu. Aku tidak ingin tahu itu,dan aku tidak ingin membiasakan diri dengan itu. Selain itu, aku tidak bermaksud untuk menikmatinya sedikitpun.
"Mengapa,mengapa aku?"
Hari ini juga,itu mengulangi pertanyaanku.
Isolasi dan kesepian,air mata dan penderitaan. "Mangapa aku?" Apakah aku harus tahu bahwa rasa pahit itu yang menyampaikan jenis-jenis perasaan?
Untuk aku--tidak,untuk kita---ada hal-hal yang membuat kita secara bergantian menyadari rasa sakit asing dari hal-hal seperti pembedahan atau pemakaman. Tetapi mereka tidak bisa membuat kita tahu sifat rasa sakit itu. Sakit itu menjadi banyak.
Orang yang membuat kopi tidak tahu kepahitannya.
Hanya orang yang minum kopi yang tahu rasa pahit
Orang dengan hanya kerang-kerang tidak tahu. Rasa sakit isi didalamnya.
Aku menjaga rasa sakit itu tidak tersentuh didalam diriku
Dan aku harus menanggung hal-hal itu
Orang bilang itu adalah kenyataan
Aku tidak bisa menerima itu adalah kenyataan
" Mengapa aku,mengapa aku?"
Hari ini juga, itu mengulangi pertanyaanku
Mengapa aku harus membiasakan diri dengan kepahitan kopi?
Mengapa aku harus membiasakan diri dengan kenyataan pahit?
Apakah aku harus menghadapi rasa sakit untuk mendapatkan kepahitan berubah menjadi rasa manis?
Aku tidak bisa menerimanya. Kenyataan ini.
Aku tidak tahu bagaiamana untuk minum kopi.
Cara membuatnya,atau mengapa.
Aku tidak tahu. Aku benar-benar tidak tahu.
0 komentar:
Posting Komentar