sungguh konyol sekali kasus yang ada di malaysia, di mana ada pengacara keturunan cina yang ingin agar masjid di dekat rumahnya tidak menggunakan pengeras suara saat adzan dan ikomat. padahal dia baru satu tahun tinggal agak jauh dari masjid yang sudah berdiri 30 tahun lamanya. pemerintah pun sebagaian ada yang pro dengan hak asasi manusia aneh tersebut yang memberikan kebebasan setiap orang dari untuk hidup tenang.
padahal jika dituruti maka hal itu akan melanggar hak asasi lain yaitu melanggar kebebasan beragama dan beribadah sesuai ajaran agamanya. beberapa hal yang terancam jika masjid tidak boleh pakai pengeras suara :
- ambulan, polisi, pemadam kebakaran tidak boleh pakai sirine
- upacara sekolah tanpa pengeras suara dan senam tidak diiringi musik
- burung, anjing dan kucing yang berisik segera dimusnahkan
- masjid, gereja, kuil, vihara, dan lain-lain sunyi senyap tanpa pengeras suara ataupun simbol azan, lonceng, beduk, dsb.
- suara motor dan mobil yang berisik sedikit boleh diadukan ke polisi
- tidak ada perayaan dengan musik keras, petasan, kembang api, dll.
apakah itu yang kita inginkan oleh pengacara di malaysia tersebut? selama tujuannya baik untuk ibadah seharusnya tidak dipermasalahkan. mana toleransi antar umat beragamanya? justru dialah yang jadi biang keladi karena memilih tempat tinggal 1 km dari masjid. seharusnya dia memilih tinggal di hutan yang sunyi agar bisa hidup tenang seorang diri tanpa gangguan apapun. jangan sampai hal ini terjadi di indonesia.
pengacara cina itu pun akhirnya mengalah akibat derasnya perlawanan untuk mempertahankan apa yang sudah ada sejak lama. pengacara itu meminta maaf secara terbuka kepada seluruh masyarakat dengan alasan bahwa dirinya salah pengertian karena menganggap adzan itu seperti halnya kuliah subuh. Entah memang benar atau tidak alasan yang dikemukakan, hanya sang pengacara saja yang tahu.
Postingan
0 komentar:
Posting Komentar